Selasa, 31 Mei 2011

Cerita rindu, Tak tersampaikan

rindu itu dimulai dari sini:

detik pertama sejak pandangan mata berpisah.

tahu kah?

rindu tak harus karena berjarak, bersama duduk bersisian pun tetap merasa rindu. seperti rindu yang tak pernah habis.

aku suka menumpuk rindu, di jendela-jendela, di lemari kaca, di laci-laci meja.

bahkan rindu pun ada berjejal di saku-saku celana jeans robekku yang menua.

aku suka menyesakkan rindu ke dalam bantal berkain lusuh, sambil mendengar langkah hujan berlarian dengan sepatu bututnya.

aku suka menyelipkan rindu di rak-rak buku, di gantungan baju, bahkan di kotak sepatu.

lihat di ranjang tua, rindu menghambur begitu saja.

aku suka menuliskan rindu di dinding kamar, di segala penjuru hingga berpijar.

sesak tak berspasi dan menggambarnya hingga ke langit-langit kamar.

tetapi,

ketika sebuah kata rindu mulai sulit tersampaikan, maka kini hanya dapat menyimpan rindu di hati, sendirian.

ada saat ketika aku menumpuk rindu yang menggebu dan tak dapat disampaikan, lalu mereka akan bersesakkan di lemari kamar.

ada saat ketika aku menggenggam rindu setiap hari dan hanya dapat menyembunyikannya di saku kemeja ini.

ada saat ketika aku menuliskan rindu tanpa henti tetapi akhirnya tak terbaca karena air mata.

ada saat ketika aku menghilang, menepiskan rindu dari pandangan, berpura-pura tak merasakan.

dan aku suka bersembunyi dalam gelap, tak terlihat.

aku suka meringkuk di sudut sepi, sangat sunyi.

aku suka memudarkan diri: sendiri.

lalu rindu itu dimulai dari sini:

detik pertama setelah pesan terakhir terbaca.

seperti kata-kata yang berserakan ini, tak dapat dihentikan lagi.

Memo: “nyimpen kangen ke orang itu enak tau. kayak bunuh diri pelan-pelan.“ ~ pecandu hujan
Selengkapnya...

Percakapan Di Bawah Hujan

“Kenapa kamu suka sekali berdiri di bawah hujan?”

”Eh...”

”Nanti kamu kedinginan lho... Sini, aku bagi payungku...”

” T-terimakasih...”

”Ibuku selalu cerewet kalau aku hujan-hujanan. Bilang aku bisa pusing lah, flu lah... Padahal mana mungkin sih, butiran-butiran yang masih murni ini penyebab penyakit? Itu semua tergantung daya tahan tubuh kan? ”

”Eh, i-iya..”

”Dan dia selalu bersikukuh agar aku membawa payung setiap hujan. Menyebalkan sekali... Padahal kan, jauh lebih asyik bila kita berlarian di bawah hujan. Merasakan tetes-tetes air hujan menerpa wajah kita... Kau juga suka hujan kan?”

”Iya...”

”Hahaha, sudah aku tebak. Matamu bahagia bila hujan turun.”

”Emm..”

”Aku juga sukaaaa sekali dengan hujan. Bagaimana melihat tetesan hujan berlomba-lomba membasahi tanah, menimbulkan wewangian yang menyenangkan. Bagaimana irama hujan yang berkeretak menerpa atap-atap. Dan yang paling aku suka, bagaimana hujan menimbulkan perasaan tertentu.”

”Perasaan seperti apa?”

”Perasaan yang... entahlah. Aku tidak bisa menjelaskan. Rasanya seperti bahagia, tapi ada suatu bagian dalam hujan yang menimbulkan perasaan semacam sedih, kesepian − atau damai?? Sepertinya itu rindu, walau kadang aku tak tahu sedang merindukan apa. Apa kau paham maksudku?”

”Aku paham...”

”Itulah mengapa orang-orang selalu terinspirasi oleh hujan. Aku nggak ngerti deh, mengapa masih ada orang yang mengutuk hujan. Orang-orang seperti ibuku itu...”

”Oh...”

”Ah, maaf! Aku terlalu banyak bicara ya?? Kamu pasti terganggu olehku… Banyak orang yang bilang aku terlalu berisik, sampai− “

“Aku sama sekali tidak merasa terganggu.”

“Ah, kau baik sekali. Kebanyakan orang justru menganggapku menyebalkan, dan beberapa dari mereka malah sudah menyiapkan lakban ketika aku mulai bercerita,hahaha. Oh ya, ngomong-ngomong, apa yang paling kamu suka dari hujan?”

“Kamu. Dan payung merahmu. Seperti saat ini…”
Selengkapnya...

Senin, 14 Maret 2011

Tersenyumlah...!!!!!!!!

Masa kecil adalah masa yang paling menyenangkan, setiap orang pasti merindukan masa-masa kecilnya. Seperti halnya saya…! Lahir disebuah Desa dan dilahirkan dari Orang Tua sederhana. Namun, saya bersyukur dan menikmati semua anugrah, kesenangan dan keceriaan.

Seperti lazimnya, kedua Orang Tua-pun begitu menyayangi saya. Bahkan, rela mengorbankan jiwa dan raga untuk mendidik dan membimbing saya hingga dewasa. Meski tidak dari keluarga yang kaya raya, namun mereka selalu memberikan apa saja yang menjadi keinginan saya. Hanya untuk menjaga, agar saya tidak menangis dan bersedih. Semasa itu, saya tidak berpikir bagaimana orang tua saya mencari dan mendapatkannya “maklum masih kecil!!! He…he…he…?

Masa kecil paling menyenangkan. Hidup penuh kebebasan dan keceriaan yang setiap orang dapat menikmati. Ingin makan, tinggal ambil. Tidak peduli harus memikirkan setelah ini mau apa? mau tidur, tinggal tidur tidak peduli besok punya rencana apa? besok mau kerja apa?. Kebebasan ini yang sangat saya rindukan. Disela-sela kesibukan sebagai karyawan yang harus on time and On the road. Ingin tidur harus mengatur waktu, kalau tidak ingin besok kerja sambil mata merem dan mulut terus menguap. Bangun harus bergegas, menyambut hari dengan pekerjaan. Sepertinya, semua ini amat menjemukan !!!

Bagi sebagian besar manusia, masa kecil adalah masa yang paling menyenangkan. Masa kecil adalah masa di mana manusia lebih banyak tertawa dan gembira dibanding masa dewasa.

Masa kecil merupakan awal kehidupan yang seolah-olah tanpa masalah, tanpa beban.

Kini saya sangat rindu dengan masa kecilku. Masa yang tidak pernah saya lupakan, dan kini saya hidup dengan kondisi yang berbeda. Sekarang saya hidup didunia yang sangat kontras. Dunia yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saat ini semua sudah berubah, baik dari keadaan hidup ataupun bagaimana menjalani cara hidup.

Hidup ini seperti Air, yang terus mengalir mengikuti ruang yang kosong. Hidup seperti air, yang tertuang dalam belanga. Walaupun berwarna keruh, namun aku harus tetap bertahan dan tetap beriak riang. Sadari tidak akan lama, namun aku harus tetap bertahan…??? Dari setetes hujan, aku mulai bergabung larut, sadari tidak akan lama, aku akan menguap bebas…

Tersenyumlah...
Selengkapnya...

Insomnia

Mari luruhkan malam ini
Menyapa pintu pintu kecil alam mimpi
Merebahkan keresahan yang enggan pergi...

Tapi mengapa mata ini beranjak sendiri
Menerawang kegelisahan seharian tadi
Tak menghiraukan hati dan fikir yang ingin menepi
Terlepas sejenak dari pusaran keruh hari ini
Detik berlalu,
Tapi peri tidur tak juga membawaku

--Aaarrghh, kenapa tidak kuhitung bintang saja--
Berharap mata kian akrab dengan lelah
Takkan ada gelisah
Lagipula, mencoba tidak pernah salah

......
.........
...........
.. .. .. ....

Berapa bintang yang sudah terhitung ?
Seratus tiga belas...?
Bukan....! seratus tujuh belas...??
Bukan juga...! salah semua....
--kenapa tidak diulang dari awal ?--
Maaf aku bukan orang gila yang mengorek sampah untuk ke sekian kalinya

--kenapa tak coba mengkhayal tentang domba, lalu menghitungnya ?--
Iya, boleh dicoba
Tapi sebentar, di metropolitan ini tak lagi ada domba
Atau aku harus pergi ke desa dulu untuk melihatnya ?
Ahh... tapi aku pasti akan bersapa denga petani pemilik domba
Kuurungkan saja, aku takkan kuat melihat hidup mereka
Bukankah di negeri ini, petani benar-benar sebagai rakyat jelata ?
Padahal mereka memanjakan perut kita semua
--Ahh... pikiranku ngelantur kemana-mana--
--Sudah, lupakan saja tentang domba--

Sekarang apa ya??

--Mengapa tidak dengarkan musik saja?--
Iya, kenapa tidak berpikir tentang musik dari tadi
Bukannya dari dulu aku berslogan Music : escape of my life
..
Tapi musik sekarang terlalu kacangan
Kata banyak orang, hanya asal bunyi saja
Lagipula pembajakan begitu luar biasa
Negeri ini memang ada-ada saja
Untuk sesuap nasi saja harus saling jegal
So, stop privasi saja
Hargai hak-hak mereka
--Ahh..kenapa jadi iklan layanan masyarakat ?--

Bingung..! Bingung..!!
Katakan aku mesti berbuat apa...?

--bicarakan tentang esok hari saja--
Hmm...boleh juga
Besok aku bangun jam setengah lima
Mencuci baju... menyeterika.... trus...
--eits tunggu... kemana istri atau pembantumu ?--
Huss, aku belum beristri
Jadi semua kulakukan sendiri
Pembantu ...?? apalagi.
Dompet saya tak terlalu tebal
Lagipula saya tak mau sedikit sedikit musti pembantu
Bersih-bersih, pembantu
Ke pasar, pembantu
Tutup pintu aja musti pembantu
Makan tak bisa tanpa pembantu
Jaga anak harus pembantu
Apa kita mau disebut 'bayi gaya baru'
Begitu mubadzirkah Tuhan mencipta kita sebagai manusia sempurna ?
Yeahhh, kenapa jadi kultum ba'da shubuh..??

Ahhh... lihat sudah jam tiga pagi
Ayo tarik selimut sampai ke pipi
Jangan pikirkan apa-apa lagi
Rasakan saja nafas peri tidur menghela mimpi

....zzzz ...zzz...zz..zzzzz...

(Tiba-tiba lirih adzan Shubuh bergema)

Aku bangun tiba-tiba
Tergesa memandang cermin diujung sana
Sempat tertidurkah aku ?
Tanyaku pada sosok bayangan disana
Tapi ia hanya menjawab dengan hitamnya kantung mata
Lalu ia balik berkata "kamu telah tahu jawabnya"

Ahh.. malam ini begitu panjang dan menyebalkan
Selengkapnya...

meresapi hari yang lelah…
menanti datangnya ujung hari..
ketika senja menunjukan keindahannya…
aku terpaku menatap sosok yang lelap…
kutatap wajahnya yang terlihat lelah…
tampak jelas Ia sedang mengarungi ruang mimpi…
sobat maaf aku mengganggu khyalanmu
mimpimu harus berakhir oleh gaduhnya langkah kakiku..
semoga mimpimu akan hadir kembali dalam lelap tidurmu di lain hari..
Selengkapnya...